Huruf Hirogliph dipahatkan pada batu. Bangsa Babilonia tidak memahatkan huruf pada batu. Di Babilonia tidak banyak ditemukan batu dan daun papirus seperti di Mesir. Semua karya tulis atau prasasti ditorehkan pada lempengan tanah liat. Hal ini diketahui karena banyaknya alat-alat yang ditemukan di tempat itu. Pahat untuk memahat angka atau huruf tidak diperlukan lagi. Sebagai ganti pahat mereka menggunakan sejenis bilah kayu yang bentuknya seperti tongkat segetiga yang memanjang.
Peralatan tulis bangsa Babilonia |
Sebagai pengganti kertas bangsa Mesir purba menggunakan daun papirus. Di Indonesia menggunakan daun lontar. tetapi di Babilonia menggunakan lempengan tanah liat. Tanah liat digunakan karena bumi Babilonia banyak mengandung lumpur akibat tanah yang subur dialiri sungai Efrat dan Tigris.
Bila tongkat yang berbntuk segitiga yang memanjang ditekankan pada lempengan tanah liat yang masih basah atau lunak, akan dihasilkan cekungan yang berbentuk segitiga yang meruncing. Setelah ujung bilah ini ditekankan pada tanah liat, selanjutnya dikeringkan. Begitulah cara menuliskan abjad maupun angka-angka bangsa Babilonia. Peninggalan lempengan-lempengan ini dapat kita ketahui dari reruntuhan kota yang bernama Niniveh. Pada reruntuhan ini ditemukan kurang lebih 15.000 lempengan. Penemuan ini merupakan kunci untuk mengetahui kebudayaan, cara menghitung, dan sebagainya, sehingga kita dapat mengetahui jenis matematika pada zaman itu.
Umur lempengan itu dapat pula diketahui, karena mereka menuliskannya pada lempengan itu. Umur lempengan itu kira-kira 2.000 tahun sebelum Masehi hingga 300 tahun sebelum Masehi. Dinastii yang memerintah pada zaman itu ialah dari Raja Hamurabi hingga yang terakhir Raja Iskandar Agung.
No comments:
Post a Comment